Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia setelah sandang dan pangan. Oleh karena itu setiap orang yang belum memiliki rumah akan menggandrungi dan mempunyai angan-angan dan impian untuk memiliki sebuah rumah idaman. Urusan besar-kecil, sederhana-mewahnya rumah itu bukan persoalan, itu semua sangat tergantung dari pada kemampuan masing-masing.
Pada awalnya rumah berfungsi sebagai tempat berlindung dari gangguan alam dan gangguan mahluk lain, seperti panas, hujan, angin, binatang buas dan sebagainya. Namun dalam perkembangannya rumah berfungsi sebagai suatu kebanggaan, prestise. Ada peribahasa "Rumahku adalah istanaku", artinya sebuah rumah dapat diandaikan sebagai tempat yang dapat memberikan ketenangan, kenyamanan, kebahagiaan.
Setiap orang dewasa yang akan membangun sebuah kehidupan baru berumah tangga, jauh-jauh hari sudah memikirkan keinginannya untuk memiliki sebuah rumah idaman. Bayangan kebahagiaan hidup bersama calon pasangan hidup sudah mulai terbayang seandainya memiliki sebuah idaman. Seperti itulah kira-kira keinginan setiap orang akan sebuah rumah.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, ternyata untuk memiliki sebuah rumah tidaklah seperti yang dibayangkan, terutama bagi yang tidak memiliki penghasilan berlebih. Tidak sedikit orang yang sudah memiliki banyak anak dan usia sudah setengah baya masih juga harus puas menempati rumah sewa, rumah petak, atau rumah kontrakan. Itu semua adalah kenyataan, tidak semua orang memiliki keberuntungan.
Dalam memenuhi kebutuhan pokok manusia akan rumah, secara status bisa dikelompokan sebagai berikut : Sewa, Kontrak, atau Menumpang. Sedangkan secara kepemilikan, rumah bisa dimiliki dengan cara : Membeli/membangun sendiri secara kontan; Membeli sendiri dengan cara kredit, Mendapat pemberian
(hibah, waris, hadiah, dll.)
Walaupun dalam memenuhi kebutuhuhan rumah sangat beragam caranya, yang terpenting kebutuhan tersebut terpenuhi. Ada yang paling menyedihkan lagi, bahwa di luar sana tidak sedikit orang yang tidak dapat memperoleh rumah secara layak seperti yang disebutkan di atas, misalnya para gelandangan yang sama sekali tidak mampu untuk menyewa atau mengontrak rumah sehingga mereka terpaksa hidup dan tidur di emperan toko, kolong jembatan, lorong-lorong, dsb.
Pada awalnya rumah berfungsi sebagai tempat berlindung dari gangguan alam dan gangguan mahluk lain, seperti panas, hujan, angin, binatang buas dan sebagainya. Namun dalam perkembangannya rumah berfungsi sebagai suatu kebanggaan, prestise. Ada peribahasa "Rumahku adalah istanaku", artinya sebuah rumah dapat diandaikan sebagai tempat yang dapat memberikan ketenangan, kenyamanan, kebahagiaan.
Setiap orang dewasa yang akan membangun sebuah kehidupan baru berumah tangga, jauh-jauh hari sudah memikirkan keinginannya untuk memiliki sebuah rumah idaman. Bayangan kebahagiaan hidup bersama calon pasangan hidup sudah mulai terbayang seandainya memiliki sebuah idaman. Seperti itulah kira-kira keinginan setiap orang akan sebuah rumah.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, ternyata untuk memiliki sebuah rumah tidaklah seperti yang dibayangkan, terutama bagi yang tidak memiliki penghasilan berlebih. Tidak sedikit orang yang sudah memiliki banyak anak dan usia sudah setengah baya masih juga harus puas menempati rumah sewa, rumah petak, atau rumah kontrakan. Itu semua adalah kenyataan, tidak semua orang memiliki keberuntungan.
Dalam memenuhi kebutuhan pokok manusia akan rumah, secara status bisa dikelompokan sebagai berikut : Sewa, Kontrak, atau Menumpang. Sedangkan secara kepemilikan, rumah bisa dimiliki dengan cara : Membeli/membangun sendiri secara kontan; Membeli sendiri dengan cara kredit, Mendapat pemberian
(hibah, waris, hadiah, dll.)
Walaupun dalam memenuhi kebutuhuhan rumah sangat beragam caranya, yang terpenting kebutuhan tersebut terpenuhi. Ada yang paling menyedihkan lagi, bahwa di luar sana tidak sedikit orang yang tidak dapat memperoleh rumah secara layak seperti yang disebutkan di atas, misalnya para gelandangan yang sama sekali tidak mampu untuk menyewa atau mengontrak rumah sehingga mereka terpaksa hidup dan tidur di emperan toko, kolong jembatan, lorong-lorong, dsb.